Wajo, metrotimur.com – Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unhas Sulsel Moh Ramdhan Pomanto mengatakan, tiap-tiap desa di Sulsel bisa memperoleh anggaran dana desa sampai Rp100 juta per desanya.
Hal itu merupakan jawaban Ramdhan Pomanto saat sesi berdiskusi dan silaturahmi dengan tokoh masyarakat Kecamatan Sabbangparu, Wajo dengan beberapa kepala desa di sana, Jumat, (5/05/2023), siang.
Dalam pertemuan itu, tokoh masyarakat setempat M. Jabir mempertanyakan solusi bagi desa-desa di Wajo agar memperoleh dana desa untuk pembangunan desa.
Pasalnya, sejauh ini dana desa masih diperoleh dari pusat juga APBD kabupaten. Sedangkan, tidak selamanya anggaran Pemda selalu ada untuk desa.
Makanya, berdasarkan pengalaman kepemimpinan Danny Pomanto sapaan akrab Ramdhan Pomanto di Makassar juga jabatannya sebagai Ketua IKA Unhas, maka pihaknya mengaku ingin tahu banyak bagaimana jalan keluarnya.
“Dari provinsi belum ada, makanya kami sampaikan ini. Kalau nanti diberi amanah oleh masyarakat, salah satu aspirasi kami ialah adanya anggaran untuk desa. Biar sedikit yang penting ada,” tanya Jabir yang juga Kepala Desa Wage, Kecamatan Sabbangparu itu.
Menanggapi hal tersebut, Danny Pomanto mengatakan, apa yang diinginkan masyarakat di sini sebenarnya sama dengan apa yang pernah diinginkan oleh warga Makassar. Terutama perihal insentif RT/RW. Alhasil, apa yang diharapkan pun terbukti di Makassar.
Alumnus Arsitektur Unhas ini menjelaskan, pertama-tama, ia memulainya dengan inisiatif menggerakkan seluruh RT/RW dan masyarakat untuk bekerja meningkatkan pendapatan.
Apalagi sebelumnya, insentif RT/RW hanya Rp75 ribu namun kini sudah mencapai Rp1 juta.
Upaya itu dilakukannya dengan mendorong menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga insentif untuk RT/RW pun ditambah.
“Dulu itu hanya Rp75 ribu sekarang Rp1 juta. Dan yang saya sampaikan hanyalah program bukan janji. Waktu itu PAD kita Rp500 miliar lalu saya bilang kalau bisa dapat Rp1 triliun dan alhamdulillah dalam satu tahun lebih tercapai. Pada saat itulah saya kasih mereka Rp1 juta,” beber Danny kepada para tetua dan masyarakat Wajo.
Program itu menurutnya merupakan hal yang mudah, apalagi jumlah RT/RW di Makassar lebih banyak dibanding jumlah desa di Sulsel.
Total RT/RW di Makassar mencapai 6.000-an, sedangkan kepala desa di Sulsel mencapai 2.600-an, jadi dia sendiri tidak kaget dengan mengelola ribuan orang itu.
Di samping itu, dia menekankan, pembangunan desa sangat penting.
Ia juga bercerita ketika diminta menjawab pertanyaan di Kompas TV perihal siapa presiden yang cocok dipilih? Secara tegas, ia menjawab pilih presiden yang memperhatikan dan membangun desa.
Alasannya, karena tidak ada gunanya kalau tidak ada pembangunan di desa dan sesungguhnya rakyat itu ada di desa.
Bahkan, dia secara khusus sudah menghitung-hitung berapa anggaran yang pas untuk desa.
“Saya hitung-hitung, kalau APBD Provinsi hampir Rp10 triliun dan ada sekitar 2.600 desa maka alokasinya sekitar Rp100 juta per desa bisa dapat,” ungkapnya.
Itu pun alokasinya belum sampai 10 persen dari APBD.
Dengan dana segitu, dia mengharapkan desa bisa bikin banyak hal.
“Jika ingin menggerakkan Sulsel ini secara serentak maka harus mulai dari desa. Hal paling nyata ialah bantuan provinsi ke desa,” tekannya.
Sementara itu tokoh masyarakat lainnya, H. Hasyim ingin agar ide dan visi Danny dapat juga dirasakan warga Kabupaten Wajo.
“Kebaikan tidak boleh berhenti di Makassar saja, kalau bisa di Wajo juga pak,” harapnya.
Selain bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat di Sabbangparu, Danny Pomanto juga menyempatkan diri ngopi dan santai sejenak di Warkop Pada Idi Mua, Jl A. Malingkaan.
Di sana, dirinya juga bertemu dan berbincang hangat dengan tokoh masyarakat dan pemuda.
Kedatangannya ke Wajo dalam rangka pelantikan pengurus IKA Unhas Wajo, Sabtu, besok. Silaturahmi dan diskusi merupakan undangan khusus masyarakat kepadanya untuk saling sharing tentang pengalamannya sebagai pemimpin. (*)