Makassar – Es Teler Panaikang, yang terletak di Jl Urip Sumaharjo, Kelurahan Panaikang, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, telah berdiri lebih dari 30 tahun dan masih eksis hingga kini. Meski berjualan di area pekuburan Kristen, warung ini tetap ramai dikunjungi oleh pembeli yang ingin mencicipi minuman legendaris tersebut.
Es Teler Panaikang dikenal sebagai warung es teler pertama di Kota Makassar. “Memang itu Hajiku pintar berdagang, dia yang pertama buat es teler, tidak adapi yang lain,” kata Nur Hayati, Kamis (26/10/2023).
Pemilik warung tersebut, Abdul Rasyid, adalah pendiri Es Teler Panaikang. Nur Hayati, anak Abdul Rasyid, kini menjadi generasi kedua yang meneruskan usaha ini. Abdul Rasyid meninggal dunia sekitar tiga tahun lalu pada usia 85 tahun. Selama hidupnya, ia enggan membuka cabang, namun kini usaha ini telah memiliki dua cabang yang dikelola oleh anak-anaknya.
“Cabangnya ada di Sudiang dan Maros, saya dan saudaraku yang kelola itu,” kata Nur di sela kesibukannya melayani pembeli. Wanita berusia 56 tahun itu mengaku bahwa usaha ayahnya ini dikelola sendiri dan selalu menggunakan bahan-bahan baru dan segar untuk mempertahankan cita rasa dan ciri khas Es Teler Panaikang.
“Hajiku racik sendiri bahannya, dan kelola sendiri, sampai saat ini kami selalu menerapkan itu, bahan-bahan yang dipakai juga selalu baru,” ujarnya. Nur Hayati juga menambahkan bahwa meskipun sekarang banyak penjual es teler di Kota Makassar, Es Teler Panaikang tetap mempertahankan rasa yang tidak berubah sejak awal dibuka.
“Sekarang ini sudah banyak orang yang jual es teler, tetapi es teler kami beda dari yang lain, rasanya tetap seperti dulu, karena gula yang kami pakai gula khusus,” ucap dia. Ia menambahkan, walaupun ayahnya hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) yang dulu dikenal dengan Sekolah Rakyat (SR), tetapi mampu menciptakan usaha turun-temurun.
“Hajiku itu tidak sekolah tinggi, hanya lulusan SR tapi dia pintar membaca, jadi dia bisa buat usaha ini,” katanya lagi. Ketika ditanya tentang lokasi berjualan yang berada di area pekuburan, ibu enam anak ini menjelaskan bahwa lokasi tersebut dipilih karena dekat dengan rumahnya.
“Hajiku sudah lama jualan di sini, karena dekat dari rumah, tidak ada alasan lain kenapa kita buka di daerah kuburan, banyak orang salah beranggapan karena kita buka di area perkuburan,” jelas Nur Hayati. (*)