METROTIMUR– Setelah google dodle memajang salah seorang tokoh dari Indonesia beberapa pekan yang lalu, kini google dodle kembali menampilkan tokoh namun kali ini merupakan seniman musik angklung dari tanah Jawa.
Daeng Soetigna 13 Mei 1908-8 April 1984 adalah seorang guru yang lebih terkenal sebagai pencipta angklung diatonis. Karya dia inilah yang berhasil mendobrak tradisi, membuat alat musik tradisionil Indonesia mampu memainkan musik-musik Internasional. Dia juga aktif dalam pementasan orkes angklung di berbagai wilayah di Indonesia
Daeng Soetigna Lahir di Garut pada tanggal 13 Mei 1908. Karena kedua orang tuanya termasuk bangsawan Sunda, Daeng beruntung dapat menikmati pendidikan zaman Belanda yang saat itu masih sangat terbatas bagi pribumi.
Seperti yang dilansir di Wikipedia tokoh, Daeng Soetigna setelah tamat dari HIS, Daeng Soetigna menjadi guru. Tahun 1928, menjadi guru di Schakelschool CianjurTahun 1931, menjadi guru HIS di KuninganTahun 1942, seiring kedatangan Jepang, HIS diubah menjadi SR (Sekolah Rakyat), dan dia diangkat menjadi kepala sekolahTahun 1945, setelah proklamasi berdirilah SMP Kuningan I di mana sebagian gurunya diambil dari SR, termasuk dirinya.
Tahun 1948, Pak Daeng sapaan akrab Daeng Soetigna pindah ke Bandung dan menjadi kepala sekolah SD, dan diperbantukan pada Jawatan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.Tahun 1950, menjadi penilik sekolah dan diperbantukan pada kursus-kursus di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.
Tahun 1956, sepulang dari Australia Pak Daeng diangkat menjadi konsultan pengajaran seni suara di SGA 2 Bandung, SGA Kristen Jakarta, SGA 1 Jogjakarta, SGA Balige dan SGA Ambon.Tahun 1957, menjabat sebagai Kepala Jawatan Kebudayaan Jawa Barat.Tahun 1960, diangkat sebagai Kepala Konservatori Karawitan, Bandung.Tahun 1964, Pak Daeng pensiun dari pengabdiannya sebagai pegawai negeri sipil.
Pak Daeng pensiun sebagai pegawai negari sipil pada tahun 1964 saat berumur 56 tahun. Dengan bebasnya dia dari tugas rutin sebagai pegawai pemerintah, maka Pak Daeng aktif mengembangkan angklung. Dia melatih di berbagai kelompok angklung seperti SD Soka, SD Santo Yusup, dan SD Priangan. Demikian pula perkumpulan ibu-ibu Militer maupun suster di gereja RS Borromeus. Atas jasa-jasanya, pada masa tuanya inilah Pak Daeng mulai memperoleh berbagai penghargaan, termasuk SATYA LENCANA KEBUDAYAAN dari Presiden RI.
Setelah pengabdiannya yang panjang dalam mengangkat musik angklung dari kelas pengemis ke kelas konser, Pak Daeng Soetigna wafat pada tanggal 8 April 1984, dan dikebumikan di Cikutra, Bandung.
Karya terbesar Pak Daeng Soetigna adalah memodifikasi Angklung yang tadinya bernada pentatonis menjadi diatonis. Angklung ini kemudian diberi nama kehormatan sebagai Angklung Padaeng. Selain itu, Pak Daeng juga seorang komposer yang telah menulis puluhan aransemen lagu angklung.(and)