Makassar, metrotimur.com – Pengurua Wilayah (PW) Ikatan Wartawan Online (IWO) Sulsel menggelar dialog akhir tahun bekerja sama Dinas Pendidikan Kota Makassar, di Warkop 47, Jalan Urip Sumoharjo Makassar, Sabtu (30/12/2017).
Dialog tersebut menghadirkan narasumber, Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Ismunandar, Anggota DPRD Sulsel, Haidar Majid dan Arqam Azikin (Ketua Dewan Etik IWO Sulsel).
Dialog ini mengusung tema “Pelajar Makassar Bijak Bersosmed dan Kenali Hoax”.
Ketua PW IWO Sulsel, Zulkifli Thahir dalam sambutannya mengatakan peran media memberikan edukasi ke pembaca hal itu sesuai UU pers No 40 tahun 1999.
“Olehnya itu kami harapkan media khusus tergabung di IWO menjadi garda terdepan mengimplementasikan itu. Yang sekaligus menjadi motor penggerak membasmi penyebaran hoax,” kata Chule sapaan Zulkifli Thahir.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Ismunandar, mengungkapkan, filter siswa dalam menangkal informasi negatif sangat lemah.
Informasi itu sebagaian besar dari ponsel cerdas yang dibelikan oleh orangtua kepada anaknya. Olehnya itu orang tua wajib mengontrol dan mengetahui aktivitas anak.
Menurut Ismunandar, orang tua harus memiliki program untuk mengontrol aktivitas anak. Orang tua juga untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan kejujuran. Ini karena HP bisa dimanfaatkan oleh anak untuk hal yang negatif.
“Harus diprogramkan, bagaimana seorang anak mengenali sifat kejujuran, dengan melakukan pemantauan teknologi. Misalnya mereka sedang ujian, kalau mereka tidak menyontek dengan cara menggunakan HP Android berarti terjaga integritasnya, tapi perlu juga pendidikan karakter seorang anak tidak lepas, harus diperkuat pendidikan Agama,” katanya.
Sementara itu, Haidar Majid, berharap kepada IWO untuk menyajikan informasi benar yang berimbang untuk dikonsumsi masyarakat di tahun politik. Ini demi kebertahanan media tersebut dan demi kecerdasan bangsa.
“Karena momentum kontestasi politik di tahun 2018, kami harapkan gabungan IWO adalah sebagai penyebar informasi yang berimbang. Dulu menyebarkan informasi dengan cara menulis informasi di mading, misalnya kita mencintai seseorang maka ditempellah di mading itu supaya orang itu tahu. Tapi saat ini, dengan canggihnya teknologi kita duduk saja bisa kita komunikasi di luar wilayah kita. Nah, kalau media mau bertahan di zaman sekarang, beritakanlah kebenaran,” jelasnya.
Sementara itu, Arqam Azikin, mengatakan, arena kontestasi politik 2018, menunjukkan, rata-rata pemuda membaca informasi dari media daring (online). Karena itu, media daring, dalam kontestasi politik ini harus memberikan konten yang riil, bukan berita bohong (hoax).
Hal ini demi pendidikan politik yang baik bagi anak muda, generasi penerus bangsa yang kebanyakan mengonsumsi berita di media daring.
Karena itu, Arqam menyarankan, pemerintah memprogramkan untuk pengajaran khusus untuk mengenali berita palsu di sekolah-sekolah. Hal ini bisa dimasukkan sebagai konten pelajaran muatan lokal.
“Pelajar saat ini, perlu ada pendidikan lokal, artinya ada pendidikan khusus tentang hoax. Dan juga perlu pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan melakukan FGD (focus group discussion) untuk membahas konsep pelajar mengenali hoax,” kata Arqam Azikin.
Rilis IWO Sulsel