METROTIMUR – Marawiah (73) alamat Jalan Pattunuang Kelurahan Antang Kecamatan Manggala hidup sebatang kara semenjak suaminya meninggal Dg. Maggu sejak 13 tahun yang lalu.
Kegiatan sehari – hari Marawiah hanya merawat beberapa tanaman yang di tanam di halaman rumahnya. Dengan tempat tinggal yang cukup sederhana, sebuah rumah panggung yang berukuran kecil menjadi istana kesendirian nenek Marawiah, Tanaman herbal, lombok, tomat dan sayur mayur sampai ke tanaman kembang, menjadi teman kesendiriannya.
Saat di temui di rumah panggungnya, Nenek Marawiah mengungkapkan, ” Semenjak wafatnya suami saya 13 tahun yang lalu, saya mulai hidup sendiri, dari perkawinan saya dengan suami saya Dg.Maggu kami tidak memiliki keturunan, Sabtu (26/11/16).
” Saya tidak punya anak, semenjak meninggalnya suami saya, saya mulai hidup sendiri, saya isi hari – hari saya dengan menanam, Sayuran, lombok bahkan tanaman herbal, biaya hidup saya hanya bermodalkan bantuan dari sanak saudara, jika beras saya habis, saya mulai jalan ke sanak saudara, berharap ada yang bisa membantu”, Ungkap Marawiah.
Letak rumah panggung nenek Marawiah ada di dalam lorong sempit yang terletak di Jalan Pattunuang Antang, yang hanya mampu di lalui oleh kendaraan roda dua. Semangat nenek Marawiah merawat tanamannya tidak pernah surut, tanamannya pun bukan untuk di jual, tetapi di berikan kepada tetangga atau orang yang membutuhkan, misalnya lombok dan tanaman herbal.
Saat di tanyakan bagaimana bentuk perhatian pemerintah, Nenek marawiah hanya tersenyum, ” Dulu saya dapat jatah raskin, dan bantuan langsung tunai (BLT) itupun beberapa tahun lalu, tetapi saya tidak tahu kenapa tiba – tiba tidak ada lagi bantuan itu, saya juga sudah sakit – sakitan dan setiap minum obat saya harus membelinya, kartu sehat juga yang saya dengar untuk orang miskin, itu hanya sebatas mendengar saja, saya tidak pernah nikmati itu, sekarang saya hanya berharap bantuan dari sanak saudara”, Ungkap Marawiah.(ron)