PERISTIWA

Sepenggal Cerita Rakyat Kampung Romang Tangangaya

Foto Pengunsi Warga Romang Tangangaya

METROTIMUR, MAKASSAR – Fenomena banjir kampung Romang Tangangaya salah satu kampung yang terletak di pesisir Selatan Kota Makassar, tepatnya di Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala , Romang Tanga ngaya di apit oleh dua Kabupaten yakni Kabupaten Gowa dan Maros, Fenomena banjir sudah terjadi beberapa puluh tahun yang silam sampai saat ini.

Bagi warga Romang Tangangaya banjir yang terjadi bagi mereka itu adalah hal yang biasa, sejak dulu, turun temurun warga Romang Tangangaya sudah merasakan, bahkan fenomena banjir tersebut sebagian warga Romang Tangangaya menjadi Sumber mata pencaharian jika banjir tiba di antaranya mengais rejeki dengan menangkap ikan.

IMG_20170204_190753

Demikian juga jika banjir surut warga Romang Tangangaya kembali menghidupkan areal persawahan mereka, ternaknya pun ikut berpesta pada saat musim semai bibit padi tiba.

Sore tadi , Sabtu 04 Januari 2017 sekitar pukul 17.00 WITA, kami mengunjungi wilayah tersebut, memang sangat memprihatinkan kondisi wilayah tersebut, dengan ketinggian air pada saat puncak seperti sekarang ini sekitar 3 meter, kita semakin khawatir, tetapi warga romang tangangaya, fenomena itu sudah hal yang biasa bagi mereka.

Kami bertemu salah satu warga Romang Tangangaya, Dg. Sarro (54) , beliau bercerita kepada kami, banjir yang terjadi di wilayahnya itu sudah hal yang biasa, kejadiannya bukan tiba – tiba, tetapi ada tanda – tanda alam yang kami lihat jika banjir itu datang, tanda – tanda itu ada di Puncak gunung yang terletak di Kabubaten Gowa, Bollangi nama Gunung tersebut.

Foto Masyudi Syachban

Foto Masyudi Syachban

Dg. Sarro, jika awan gelap nampak di Puncak gunung Bollangi kemudian di sertai hujan selama 2 (dua) hari berturut – turut, warga sudah mengetahui jika banjir akan datang di Romang Tangangaya, segala sesuatu mulai di persiapkan, mulai dari makan minum, binatang ternaknya bersiap – siap untuk di ungsikan.

Fenomena di Puncak gunung Bollangi itu muncul di pertengahan Bulan sampai akhir Desember setiap tahunnya, saat itulah para warga mulai mengungsikan sebagian keluarganya dan binatang ternaknya ke wilayah Kelurahan Manggala tepatnya di Blok 10, di pengunsian itu, sebagian warga bertahan menetap untuk sementara waktu sampai air surut, dan sebagian kembali ke rumah – rumah masing (Romang Tangangaya) dan memulai pekerjaan musimannya sebagai nelayan.

Foto Masyudi Syachban

Foto Masyudi Syachban

Puncak pasang air mulai di awal Januari sampai di akhir Februari, sawah – sawah mereka seketika menjadi lautan, namun warga Romang Tangangaya di balik itu ada reski yang di nantikan , ketikan pasang meninggi warga kemudian berlomba membentangkan jaring atau pukatnya, harapannya ikan akan terjaring dari hasilnya sebagian untuk di makan sebagian di jual di pasar – pasar, ada reski yang di berikan oleh sang pencipta di balik banjir yang di turunkan.

Memasuki Bulan Maret Warga Romang Tangangaya kembali mengganti pekerajaanya menjadi petani, warga dan keluarganya kembali pulang ke rumah masing – masing, binatang ternaknya mulai turun ke sawah, membajak sawah sang pemilikpun menyemai bibit – bibit padi mereka.

IMG-20170204-WA0081

Genangan air yang tersisa dari banjir di manfaatkan sebagai mata air untuk bibit padinya, sumber air juga mereka tidak khawatir akan kekurangan, aliran air sungai Romang Polong yang merupakan anak sungai je’ne berang mengaliri sawah – sawah mereka, meskipun luapan airnya selama dua bulan memaksa untuk pergi dari tempat tinggal mereka bahkan tak bisa berbuat apa – apa untuk hamparan sawah mereka, namun di balik itu luapan airnya terus memberikan reski untuk menghidupi keluarga mereka, ketika surut air sungaipun kembali memberika reski yang berlimpah ruah bibit padi di semai pesta panenpun di nantikan.

Pertumbuhan penduduk di wilayah itu juga tidak terlalu signifikan, bahkan mayoritas penduduk warga Romang Tangangaya adalah kaum urban, awal mula warga asli hanya beberapa orang saja, namun datangnya warga yang berasal dari Gowa yakni Malakaji dan Malino menetap di wilayah tersebut, hingga sebagian warga urban dan penduduk lokal menjaling hubungan pernikahan, warga Romang Tangangaya pun mulai bertambah sampai saat ini dengan jumlah warga 70 KK.

 

Foto Bantuan Dari Pemkot Makassar

Foto Bantuan Dari Pemkot Makassar

Dari tahun ke tahun, menurut Dg. Sarro (54) sejak kecil dia ikut dengan almarhum orang tuanya DG.Ringgi yang sudah meninggal beberapa puluh tahun yang lalu, menanam padi di wilayah tersebut bahkan sampai sekarang 3000 meter lahan sawah warisan ayahnya terus di kelola.

Luas hamparan sawah yang ada di Romang Tangangaya yang mencapai ratusan hektar itu, di garaf dan di miliki oleh warga yang berasal sebagian dari Gowa, diantaranya warga Borongraukang, warga Rappocidu dan Warga Bakung. sebagian hamparan sawah juga di miliki oleh warga Kajenjeng dan Warga Kassi Utara sampai saat ini.

Foto Bantuan Dari Pemkot Makassar

Foto Bantuan Dari Pemkot Makassar

Menurut Dg. Sarro warga Romang Tangangaya sampai saat ini masih menggantungkan hidupnya di wilayah tersebut, meskipun beberapa tahun yang lalu Pemkot Makassar pernah menawarkan kepada warga Romang Tangangaya untuk keluar dari wilayah tersebut ke lahan yang di siapkan oleh Pemerintah, namun sampai hari ini warga masih tetap bertahan di kampung halamannya.

Hingga saat ini Pemkot Makassar terus menyalurkan bantuannya kepada 70 Kepala rumah tangga warga Romang Tangangaya. (Ron)

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HEADLINE NEWS

To Top