Pentolan Aktivis Buka “Warung Kopi Merdeka” di Bulukumba

METROTIMUR– Menjadi seorang aktivis bukanlah persoalan mudah, memperjuangkan aspirasi masyarakat,  memprotes kebijakan pemerintah yang tak sejalan dengan pembangunan hingga melakukan aksi turun jalan untuk dapat  menyampaikan hal-hal yang dianggap penting, tujuannya agar mudah sampai ketelinga para pemangku kebijakan.

Akan tetapi, bagaimana jika seorang pentolan aktivis mahasiswa yang menciptakan sebuah usaha Warung Kopi (Warkop)?. Hal itu, mungkin kelihatan sederhana saja, akan tetapi memulai sebuah langkah baru apalagi menjadi seorang enterpreneur bukanlah hal yang mudah bagi banyak kaula muda untuk mendirikan sebuah usaha dan menciptakan lapangan kerja.

Dijaman yang serba instan saat ini, ada banyak macam tawaran minuman siap saji, seperti juice dan minuman cola. Tak ketinggalan minuman yang telah merakyat seperti kopi, minuman yang dikenal dengan seduhan air panasnya ini ternyata dapat dibuat menjadi berbagai macam minuman yang nikmat dan segar. Kopi merupakan minuman yang sejak jaman dahulu sudah disajikan ditengah-tengah masyarakat khususnya dikalangan masyarakat  Indonesia.

Dikalangan mahasiswa pun tak luput dari minuman siap saji ini, terutama dikalangan aktivis tentunya, kopi merupakan minuman tradisi seorang aktivis tulen, yang disantap saat diskusi untuk melahirkan sebuah ide-ide dan kesepahaman dalam mengaspirasi suara rakyat. Tanpa kopi, serasa diskusi kurang lengkap

Rahmat Ardiansyah pentolan aktivis mahasiswa Makassar yang lahir di Desa Tanete, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulsel memutuskan untuk membuka sebuah usaha Warkop, berwal dari kecintaannya pada minuman tradisi rakyat Indonesia ini dia pun terinspirasi untuk mengembangkan minuman favoritnya tersebut dalam bentuk bisnis setelah mendapatkan gelar Strata nya di Universitas Indonesia Timur (UIT)

Meski telah lama tak turun ke jalan, pemuda yang akrab disapa Rahmat ini membuka Warkop dengan nama “Warung Kopi Merdeka”. Nama warkopnya mewakili tentang perjalanan dirinya semasa menjadi soerang aktivis dulu.

“Nama yang diambil itu berdasarkan sejarah  semasa saya jadi  aktivis dikota makassar memperjuangkan kemerdekaan rakyat yang tertindas,”ujarnyanya, Selasa (25/10/16) melalu pesan Whatsapp celuller miliknya.

Salah seorang rekan Aktivisnya, Yudha yang merupakan salah satu pembina dalam organisasi Gerakan Aktivis Mahasiswa (GAM), mengatakan, bahwa meskipun saat ini Rahmat memulai langkah baru dalam dunia bisnis Warung Kopi, akan tetapi Rahmat masih menjunjung rasa idealismenya untuk kepentingan rakyat, utamanya soal kemerdekaan itu sendiri.

“Pemuda asal Bulukumba ini sangat kreatif sehingga setelah gantung baju jadi aktivis mahasiswa, beliau membuka warung kopi ditanah kelahirannya dengan nama “Warung Kopi Merdeka” dengan penuh harap dapat menjadikan pemuda dan mahasiswa yang nongkrong di warkopnya memiliki idealisme yg kuat,”ujarnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *